Rabu, 17 Maret 2010

Lebih Baik Terlambat dari pada Tidak Sama sekali


Suatu hari kutemukan sebuah buku yang sudah agak kusam di rak perpustakaan daerah Kulon Progo, awalnya aku ragu-ragu untuk membacanya, jangankan untuk membacannya untuk melihat-lihat sekilasnya saja mungkin tak terfikirkan kecuali setelah membaca judul dari buku tersebut. Halaman pertama kusingkap perlahan-lahan dan kucermati tulisan times newroman yang sudah mulai pudar warnanya, di situ tertulis Akankah orang yang telah membunuh 99 orang kan masuk surga? hem, judul yang agak aneh bagiku. Namun dari keanehannya tersebut aku mulai tertarik oleh buku tersebut. Akhirnya buku itu kubawa ketempat baca dan kubaca sambil mendengarkan musik diHP_Q, hem begini ceritannya.

Awal cerita, ada seorang yang tak percaya akan kebenaran adanya Tuhan, ia selalu membuat keonaran dimana-mana. Banyak korban yang telah menghebuskan nafas terakhir ditanggannya. Lama -kelamaan kalau dihitung-hitung sudah mencapai 99 orang yang pernah ia bunuh, kini kehidupannya semakin tak tenteram, batinnya kian hari kaian menjerit. Namun ia sendiri tak tau harus bagaimana. Sehingga pada suatu waktu ia memutuskan untuk berjalan tanpa tujuan, ia melakukan itu untuk mencari sebuah titik terang yang bisa membuat damai hatinnya.

Singkat cerita, ia bertemu dengan seorang pendeta. kini ia mulai bertanya kepada seorang pendeta tersebut. "Apakah ada pengampunan bagiku wahai Tuan yang bijaksana sedangkan aQ ini adalah seorang pembunuh yang telah mengakhiri sebanyak 99 orang?ia bertanya dengan ketulusan. Nmun sipendeta tadi menjawabnya bahwa jika dosanya terlalu besar sehingga tak terampuni, mendengar jawaban itu ia langsung naik darah. perasaan emosi menguasainya, hingga dirinnya membunuh pendeta itu sebagai korban yang keseribu. Sunguh tragis akhir dari seorang pendeta tersebut.

Kejadian tersebut membuat sipembunuh semakin resah, kini ia menemui seorang kiai. Ia menatab dalam-dalam sosok kiai tersebut, dengan perasaan yang campur aduk ia beranikan diri untuk menanyakan hal yang tadi ia tanyakan pada pendeta, angKiai menjawab"pintu tobat selalu terbuka lebar bagi hamba-Nya yang hendak bertobat, tak ada dosa yang besar jika ia benar-benar bertobat dan tak akan mengulangi sekali pun perbuatannya dan menutupnya dengan amal soleh. Pembunuh itu sangat senang mendengar jawaban dari kiai tersebut, sehingga ia bersunguh-sungguh ingin bertobat. Selanjutnya ia bertanya apa yang harus dilakukannya untuk bisa bertobat dengan sesungguh-sungguhnya dan bisa beramal soleh. Kiai itu menjawab, kamu bisa belajar agama di masjid sebelah sana, disana ada seorang muslim yang sangat baik agamanya sehingga kamu bisa menuntut ilmu disana.

Setelah beberapa saat kemudian seusai mendengarkan nasihat dari kiai tersebut akhirnya pembunuh itu mulai melangkah menuju masjid yang kiai katakan. Langkah-demi langkah ia lalui dengan derai air mata tobat yang begitu derasnya yang dikarenakan penyesalan karena apa yang ia lakukan selama ini, karena sudah takdir Allah" pembunuh tersebut meninggal sebelum sampai dengan masjid yang ia tuju, akhirnya kini hanya Allah yang tau apakah ia masuk surga atau neraka, namun beberapa pihak mengatakan bahwa malaikat mengukur panjang mana jarak dari tempat ia berjalan kemasjid dengan jarak dari masjid ke tempat ia mninggal dan akhirnya Allah mendekatkan jarak menuju ampunan-Nya sehingga ia diampuni.wa'llah hua alam,

Dari kisah diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa tak ada dosa yang besar jika kita mau bertobat dengan sesungguhnya dan taka ada dosa yang kecil jika kita membirakan dosa-dosa yang kecil tanpa adannya tobat. Sehingga mari bersama-sama saling muhasabah diri, saling nasihat-menasihati, semoga Allah meridhoi kita semua. Amiin

0 komentar:

Posting Komentar

teman2......Q harap kalian suka dengan tuLisanQ....tapi Q lebih suka lagi kalian memberiku saran dan pesan.......dan aQ sangat lebih2 temen2 ngasih uang....hehehehehe...pis, damai..Pren

 
Powered by Blogger